Sebelum
abad ke-18 sistem perekonomian masyarakat Eropa sangat bergantung pada
sistem ekonomi agraris. Akan tetapi setelah memasuki abad ke-18 terjadi
perubahan besar dalam pola hidup masyarakat Eropa. Perubahan tersebut
ditunjukkan dengan mulai digunakannya tenaga mesin sebagai alat produksi
di pabrik-pabrik menggantikan tenaga manusia dan hewan. Perubahan
inilah yang disebut dengan Revolusi Industri. Sehingga
Revolusi Industri dapat dikatakan sebagai suatu peristiwa yang mengubah
sistem ekonomi agraris menjadi sistem ekonomi industri yang menggunakan
tenaga mesin sebagai alat produksinya, menggantikan tenaga hewan dan
manusia.
Sebelum
dikenal alat-alat mekanis dan otomatis, masyarakat Eropa bekerja dengan
menggunakan alat-alat manual (menggunakan tenaga manusia) dan masih
mengandalkan kecepatan kedua tangan dan kaki. Artinya, alat-alat
tersebut tidak akan berfungsi dan bekerja jika tidak ada tangan atau
kaki. Peralatan yang dimaksud seperti cangkul, parang, sekop, gergaji,
pisau, pengukur, palu, penenun, pemintal, pancung, jala, pendayung, dan
lain-lain.
Pada
masa revolusi industri, peralatan tersebut jarang digunakan sebab telah
ditemukan mesin pemintal, mesin tenun, lokomotif, dan sebagainya. Semua
mesin tersebut bukan digunakan oleh tangan dan kaki, tetapi oleh mesin
uap. Dengan demikian, pada masa revolusi industri terjadi penghematan
tenaga manusia. Setelah revolusi industri terjadi, perbedaan pola hidup
masyarakat sangat terlihat sekali.
Latar Belakang Revolusi Industri
Revolusi
Industri di kawasan benua Eropa bermula di negara Inggris. Kemudian
pada awal abad ke-19, mulai menyebar ke negara-negara Eropa lainnya dan
negara-negara di benua Amerika.
Adapun sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya revolusi industri tersebut adalah sebagai berikut:
- Keamanan dalam negara Inggris yang mantap
Mantapnya
kondisi keamanan negara Inggris pada sekitar abad ke-18, sehingga
menjamin seluruh segi kehidupan masyarakat Inggris pada saat itu. Begitu
pula dengan sistem ekonomi, masyarakat Inggris dengan tenang dan tanpa
rasa takut menjalankan roda perekonomian mereka.
- Mulai berkembangnya kegiatan kewiraswastaan dan manufaktur
Perkembangan
masyarakat Eropa sebelum Revolusi Industri hidup dalam sistem
perdagangan yang masih menggunakan uang dan sistem barter.
Kegiatan-kegiatan produksi dilakukan di rumah-rumah atau kerajinan rumah
(home industry). Di Perancis dikenal istilah "gilda",
yaitu bengkel kerja dan pusat usaha. Setiap orang yang akan memesan
barang-barang dapat menghubungi gilda. Alat-alat yang dihasilkan oleh
gilda adalah alat rumah tangga, alat kerja pertanian, dan sebagainya.
Gilda baru bekerja apabila ada pesanan.
Perkembangan
selanjutnya dari gilda ini adalah munculnya minat yang luar biasa dai
masyarakat Inggris terhadap tempat pengolahan yang lebih memadai seperti
pabrik. Dari minat inilah, muncul kegiatan ekonomi manufaktur dimana
para pekerja tidak lagi bekerja di rumah-rumah melainkan ditempat-tempat
khusus yang disediakan pengusaha sebagai tempat produksi.
- Inggris memiliki kekayaan alam terutama batu bara dan bijih besi
Kekayaan
SDA Inggris seperti banyak ditemukannya batu bara dan bijih besi, telah
membantu Inggris dalam mengembangkan industrinya karena batu bara dan
bijih besi sangat diperlukan dalam proses produksi. Batu bara dijadikan
sebagai bahan bakar mesin-mesin dan bijih besi diperlukan untuk industri
berat. Kekayaan alam tersebut ditunjang oleh kemampuan dan keinginan
manusianya.
Orang
Inggris terkenal sebagai orang yang rajin dan tekun dalam penelitian
alam. Kemauan dan keuletan warga Inggris itu, didukung oleh adanya
lembaga penelitian bernama The Royal for Improving Natural Knowladge yang didirikan oleh pemerintah Inggris tahun 1662 dan The French Academy of Science yang
didirikan tahun 1666. Kedua lembaga tersebut mensponsori
kegiatan-kegiatan eksplorasi alam, sehingga dengan adanya
lembaga-lembaga ini telah mendorong tejadinya penemuan-penemuan baru di
kemudian hari.
- Inggris memiliki banyak daerah jajahan
Kerajaan
Inggris pada abad ke-18 memiliki banyak daerah jajahan yang tersebar di
benua Afrika dan Asia. Daerah-daerah jajahan inilah yang mendukung
kegiatan industri Inggris, karena daerah-daerah jajahan tersebut dapat
menyediakan bahan baku yang diperlukan oleh industri Inggris. Selain
itu, daerah-daerah jajahan tersebut dapat dijadikan sebagai tempat
pemasaran hasil industri Inggris.
- Terjadinya Revolusi Agraria
Kondisi
masyarakat Inggris yang dilanda gejolak turut melatarbelakangi revolusi
industri di negara tersebut. Gejolak yang dimaksud adalah Revolusi Agraria (pertanian).
Revolusi
agraria ini disebabkan oleh berkembangnya kerajinan pakaian wol, yang
dengan sendirinya meningkatkan permintaan bulu domba. Dari hal itu,
usaha di bidang wol menjadi sangat menarik, maka tanah pertanian diubah
menjadi peternakan domba.
Untuk
keperluan peternakan domba tersebut, tanah para bangsawan yang tersebar
letaknya dikumpulkan dengan cara ditukar-tukar dengan tanah milik
petani. Tanah yang berupa tanah padang rumput itu dipagari dan digunakan
sebaai penggembalaan domba. Perubahan fungsi tanah menjadi lahan
peternakan pun disebabkan harga gandum yang turun.
Perubahan
tersebut mempunyai dampak terhadap para petani. Sebelumnya, pada saat
tanah pertanian masih diusahakan mereka bekerja sebagai petani penyewa.
Sebab tanah di Inggris pada dasarnya adalah milik raja dan
bangsawan.Sejak tanah itu diubah menjadi lahan peternakan jumlah pekerja
yang dibutuhkan relatif sedikit. Akibatnya, banyak para petani beralih
kerja sebagai pekerja di tambang batu bara dan pabrik-pabrik tekstil.
Ada pula yang pergi ke kota yang mencari kerja disana. Namun, lapangan
kerja terbatas dan akhirnya muncul gelandangan. Munculnya gelandangan
menjadi masalah tersendiri bagi pemerintah. Pada saat perkembangan
industri sangat pesat di perkotaan, pemerintah dapat menanggulangi
masalah gelandangan degan menjadikan sebagai buruh.
- Munculnya paham ekonomi liberal
Kegiatan
lain yang mendorong lahirnya Revolusi Industri adalah kegiatan
perekonomian. Sejak abad ke-17, dunia pelayaran dan perdagangan di
Inggris. berkembang pesat. Perkembangan itu dibuktikan oleh banyaknya
kongsi-kongsi dagang, seperti EIC(East India Company), Virginia Co., Plymouth Co., Massachusets Bay Co.,
dan lain-lain. Para kongsi dagang banyak memperoleh keuntungan dari
penanaman modalnya di Inggris dan daerah lain. Sebagian besar dari
keuntungannya itu ditabung di bank, sehingga secara keseluruhan
aktivitas mereka memberi kesejahteraan bagi Kerajaan Inggris.
Gejolak dalam masyarakat lainnya adalah munculnya paham ekonomi liberal. Tokoh-tokoh yang mengembangkan paham ini adalah Adam Smith, Thomas Robert Malthus, David Ricardo, dan John Sturart Mill.
Paham ekonomi liberal muncul sebagai reaksi terhadap paham ekonom
merkantilisme yang melahirkan sistem ekonomi yang diatur oleh pemerntah.
Para
pencetus gagasan ekonomi liberal menyatakan kemakmuran rakyat akan
cepat tercapai apabila rakyat dibebaskan untuk melakukan kegiatan
ekonomi. Lahirnya paham ekonomi liberal di Inggris memantapkan persiapan
masyarakat menuju suatu zaman industri. Artinya, paham ekonomi liberal
memberi peluang bagi perkembangan industri-industri baru di Inggris.
- Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Sejak
awal abad ke-16, Inggris mulai memasuki abad pemkiran yang
mengakibatkan munculnya ilmuwan-ilmuwan terkemuka dalam berbagai bidang
pengetahuan dan teknologi. Bersama dengan munculnya ilmuwan-ilmuwan baru
tersebut, muncul pula ide-ide baru.
Ide
dan gagasan bau tersebut mendorong terjadinya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang didasarkan atas ide dan
gagasan baru tersebut, muncul pula penemuan-penemuan baru yang dapat
memperingan segala jenis pekerjaan manusia. Dengan temuan-temuan baru
inilah Revolusi Industri dimulai.
Jalannya Revolusi Industri
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Inggris sangat maju karena didukung oleh faktor keamanan dan politik Inggris.
Faktor penentu lain adalah penemuan yang dilakukan oleh:
- Abraham Darby (seorang insinyur berkebangsaan Inggris) yang berhasil menggunakan batu bara (coke) untuk melelehkan besi dan mendapatkan nilai besi yang lebih sempurna. Juga penemuan mesin uap oleh James Watt (insinyur berkebangsaan Skotlandia) pada tahun 1763.
- Isaac Merrit Singer dari Amerika Serikat berhasil memperbaiki sebuah mesin jahit rusak dan membuat model yang lebih baik. Ia kemudian mendirikan sebuah industri yang bernama I.M Singer and Company. Dalam tahun 1860, perusahaan ini merupakan mesin jahit terbesar di dunia. Para Penemu dan Hasil Temuannya, Penemuan besar yang merupakan awal peradaban modern menonjol pada mesin tenun dan kain.
- Blaise Pascal (seorang filsuf dan ahli matematika berkebangsaan Perancis) menemukan mesin hitung pada tahun 1642. Penemuan besar lainnya adalah penemuan mesin cetak.
- James Watt adalah Bapak Revolusi Industri. Modernisasi kehidupan mendapat arah baru ketika pada tahun 1796 ia memperkenalkan mesin uapnya yang menggunakan kondensor.
- George Stephenson membuat lokomotif yang pertama kali dikendarai pada jalur yang menghubungkan Liverpool ke Manchester pada tahun 1830. Lokomotif ciptaannya diberi nama Rocket.
- Nicholas Joseph Cugnot (Perancis) dan Gottlieb Daimler (Jerman) berhasil memperkenalkan mobil yang digerakan dengan tenaga uap.
- Henry Ford dari Amerika Serikat membangun pabrik mobil di Detroit pada tahun 1876. Perusahaan itu diberi nama Ford Motor Company.
Penemuan-penemuan
di atas didukung pula oleh penemuan para pakar di bidang kimia. Di
antaranya adalah Charles Goodyear dari Amerika Serikat yang menemukan
cara memvulkanisir karet campuran dengan belerang, agar karet menjadi
keras.
Setelah
berjalan satu abad, sekitar tahun 1860, Revolusi Industri memasuki fase
baru yang berbeda dari apa yang sudah lalu, yang dikenal sebagai
Revolusi Industri tahap kedua. Kejadian-kejadian yang terjadi pada
periode itu terutama ada tiga hal : perkembangan proses Bessemer dalam
membikin baja pada tahun 1856; penyempurnaan dinamo kira-kira pada tahun
1873; dan penciptaan mesin pembakaran di dalam pada tahun 1876. Ia
adalah pelopor dan organisator perusahaan kereta api penumpang.
Perbedaan antara Revolusi Industri tahap kedua ini dibanding tahap pertama adalah:
1. adanya penggantian baja ditempat besi sebagai bahan industri pokok
2. penggantian
batu arang dengan gas dan minyak sebagai sumber pokok tenaga dan
penggunaan listrik sebagai bentuk pokok tenaga industry
3. perkembangan mesin otomatis dan peningkatan yang tinggi spesialisasi buruh
4. penggunaan campuran dan metal yang ringan dan hasil industri kimia
5. perubahan radikal dalam transportasi dan komunikasi
6. pertumbuhan bentuk-bentuk baru organisasi kapitalis
7. tersiarnya industrialisasi di Eropa Tengah dan Timur dan bahkan di Timur Jauh.
Akibat Revolusi Industri
Revolusi Industri membawa akibat yang sangat luas dalam berbagai bidang kehidupan manusia, seperti:
1. Munculnya industri secara besar-besaran.
2. Timbulnya
golongan borjuis dan golongan buruh. Pertentangan antara kedua golongan
tersebut menimbulkan sosialisme dan kemudian komunisme.
3. Terjadinya
urbanisasi, di mana penduduk daerah pertanian berduyun-duyun pindah ke
kota-kota industri untuk bekerja sebagai buruh perusahaan sehingga lahan
pertanian menjadi kosong, sedangkan daerah industri sangat padat
pendudukannya.
4. Timbulnya
kapitalisme modern. Kapitalisme adalah susunan ekonomi yang berpusat
pada keberuntungan perseorangan, di mana uang memegang peranan yang
sangat penting.
5. Barang-barang
konsumsi menjadi berlimpah dan dapat dibeli dengan harga murah sebab
dengan mesin industri barang-barang dapat tercetak dengan mudah sehingga
harganya lebih murah.
Dampak Revolusi Industri bagi Indonesia
Revolusi
Industri sebagai salah satu revolusi penting dunia juga memiliki
pengaruh yang sangat kuat terhadap Indonesia. Secara garis besar
Revolusi Industri memiliki pengaruh yang positif dan negatif. Antara
keduanya saling berhubungan satu sama lainnya. Berikut ini adalah dampak
Revolusi Industri terhadap perkembangan sejarah Indonesia.
- Dalam Bidang Politik
Betapapun
Revolusi Industri tidak terjadi di Belanda, namun sebagai negara yang
memiliki kesamaan karakter, Belanda menjadi pengikut revolusi juga.
Imbas terhadap Indonesia sebagai negara jajahan Belanda adalah lahirnya
imperialisme modern di Indonesia yang diusung oleh Belanda. Selain itu,
Inggris sebagai lokomotif imperialisme modern memiliki kepentingan
tersendiri dengan wilayah Indonesia yang benar-benar kaya sumber daya
alam. Peralatan-peralatan yang ditemukan di Inggris membutuhkan begitu
banyak bahan untuk diolah. Inggris sebagai negara dengan kekuatan
imperialisme yang besar ternyata berseteru dengan pihak Belanda, sampai
akhirnya peperangan yang terjadi antara Prancis dan Inggris dimenangkan
oleh Inggris. Secara langsung Indonesia diserahkan kepada Inggris. Dalam
sejarah kolonialisme Indonesia, kita mengenal Thomas Stamford Raffles
yang merupakan utusan Inggris untuk menjadi Gubernur Jenderal di Hindia
Belanda. Untuk empat tahun Indonesia dipimpin oleh imperialisme Inggris.
Sejak masuknya pedagang-pedagang Eropa, khususnya Belanda ke Indonesia
telah membawa perubahan yang sangat signifikan. Pola perdagangan
monopoli yang dipraktekkan oleh VOC (kolonial Belanda) menjadikan
tersentralisasinya kekuasaan di tangan penguasa asing. Imbas terbesar
bagi para penguasa pribumi (raja/sultan) adalah hilangnya hak kekuasaan
sebagai penguasa lokal. Karena mereka dijadikan oleh pemerintah kolonial
Belanda sebagai pegawai negeri yang mendapat gaji dari pemerintah
kolonial. Padahal menurut aturan adat, penguasa pribumi mendapat upeti
langsung dari rakyat. Hal ini terjadi setelah para penguasa-penguasa
pribumi tidak mampu mempertahankan wilayah kekuasaannya dari penetrasi
orang-orang Eropa yang berupaya menguasai wilayah-wilayah di Indonesia
untuk menjalankan politik dagang monopolinya. Pada akhirnya, dengan
diterapkannya sistem pemerintahan baru (pemerintahan kolonial), para
raja/sultan semakin kehilangan peranannya dalam mengatur kebijakan
politiknya, sedangkan pemerintahan kolonial semakin kuat.
- Dalam Bidang Ekonomi dan Industrialisasi
Salah
satu akibat dari munculnya Revolusi Industri adalah munculnya praktik
kapitalisme dalam hal ekonomi. Ideologi kapitalisme berpendapat bahwa
untuk meningkatkan pendapatan perlu ditunjang dengan jumlah modal atau
kapital yang banyak, penguasaan sektor produksi, sumber bahan baku dan
ditribusi. Indonesia atau pada saat itu bernama Hindia Belanda memiliki
sumber daya alam yang hasilnya sangat laku di pasaran dunia.
Penemuan-penemuan teknologi baru telah mengantarkan wilayah Hindia
Belanda menjadi incaran negara-negara maju dalam teknologi tersebut.
Akhirnya perekonomian rakyat diperas, tetapi pemerintahan tidak pernah
mampu memberikan kesejahteraan tersendiri untuk Indonesia. Indonesia
menjadi lahan baru untuk para kapitalis yang hanya mementingkan
keuntungan. Imperialisme modern telah mampu mengeruk ekonomi Indonesia
dengan keuntungan yang gilang gemilang di tangan para imperialis,
sementara rakyat menjadi kuli di rumahnya sendiri. Bangsa Indonesia
sempat dikenalkan dengan beberapa sistem perekonomian dari dunia Barat,
namun kerugian yang diderita oleh Indonesia jauh lebih besar ketimbang
keuntungan yang dihasilkan. Perubahan mendasar terjadi ketika Indonesia
mengalami masa sistem ekonomi liberal dan tanam paksa. Pada era ini
rakyat diharuskan melakukan kegiatan ekonomi berupa pengolahan
perkebunan yang cenderung hanya memperhatikan pada kebutuhan orang-orang
Eropa saja, sedangkan kebutuhan rakyat pribumi, seperti pertanian,
menjadi terabaikan. Pada masa pemerintahan Raffles, dengan politik sewa
tanahnya yang diilhami dari pengaruh paham liberal, rakyat Indonesia
belum paham sepenuhya dengan sistem ekonomi uang. Sehingga sistem land
rente dianggap mengalami kegagalan, karena rakyat masih terbiasa dengan
sistem ekonomi tertutup, dimana pembayaran pajak belum sepenuhnya dengan
uang tetapi in natura. Faktor utama lainnya yang dianggap sebagai biang
kegagalan liberalisasi ekonomi Indonesia adalah masih kuatnya praktik
budaya feodalisme. Setelah Indonesia kembali menjadi jajahan Belanda, di
bawah pengawasan Gubernur Jenderal van Den Bosch yang beraliran
konservatif, diterapkan sistem tanam paksa yang bertentangan dengan
sistem sewa tanah sebelumnya. Hal ini, menurut van Den Bosch,
dikarenakan kondisi realitas Indonesia yang bersifat agraris, seperti
halnya keadaan negara induk (Belanda) yang juga masih bersifat agraris.
Walaupun keadaan di Eropa, rentang waktu 1800–1830, sedang muncul
pertentangan pemikiran, antara liberalis dan konservatis telah
mengakibatkan kegamangan dalam pelaksanaan pemerintahan di negara
jajahan. Tetapi satu hal yang perlu dipahami, baik konservatif yang akan
meneruskan sistem politik VOC atau liberalis yang ingin meningkatkan
taraf hidup rakyat, dalam tujuannya sama-sama menginginkan daerah
jajahan perlu memberi keuntungan bagi negeri induk. Keadaan ekonomi
rakyat Indonesia semakin parah, seiring dengan diberlakukannya kebijakan
Politik Pintu Terbuka. Hal ini menjadikan jiwa-jiwa wirausaha semakin
menghilang, karena para petani, pedagang yang kehilangan lapangan sumber
mata pencahariannya beralih menjadi buruh di perusahaan-perusahaan
swasta asing. Kondisi ekonomi bangsa Indonesia saat itu sangat
menyedihkan. Hal itu dapat dilihat pada awal abad ke-20, diketahui bahwa
penghasilan rata-rata sebuah keluarga di Pulau Jawa hanya 64 gulden
setahun. Dengan penghasilan yang sangat sedikit itu, mereka harus
melakukan berbagai kewajiban, antara lain untuk urusan desa. Hal itu
menggambarkan betapa miskinnya rakyat Indonesia, padahal Indonesia
memilki kekayaan alam yang melimpah. Selama masa tanam paksa, pemerintah
Belanda memperoleh keuntungan ratusan juta gulden. Keuntungan yang
diperoleh itu semuanya digunakan untuk membangun negeri Belanda. Tidak
ada pemikiran untuk menggunakan sebagian keuntungan itu bagi kepentingan
Indonesia. Kemiskinan yang diderita rata-rata rakyat Indonesia adalah
akibat politik drainage (politik pengerukan kekayaan) yang dilakukan
pemerintah Belanda untuk kepentingan negeri Belanda. Politik dranaige
itu mencapai puncaknya pada masa tanam paksa (cultuur stelsel) dan
kemudian dilanjutkan pada masa sistem ekonomi liberal. Sistem ekonomi
liberal pun tidak meningkatkan taraf kehidupan rakyat. pada masa itu
berkembang kapitalisme modern yang berlomba-lomba menanamkan modalnya di
Indonesia, antara lain perkebunan raksasa. Pemerintah mengizinkan para
pemilik modal menyewa tanah, termasuk tanah rakyat. Akibatnya, lahan
untuk pertanian rakyat berkurang. Sebagian besar petani terpaksa menjadi
buruh di pabrik atau perkebunan dengan upah yang rendah. Pada sisi
lain, perusahaan-perusahan pribumi mengalami kemunduran atau sama sekali
gulung tikar sebab tidak mampu bersaing dengan modal raksasa. Pengusaha
tekstil tradisional pun terpukul akibat membanjirnya tekstil yang
diimpor dari Belanda. Para pengusaha pribumi juga dirugikan sebab
pemerintah Belanda lebih banyak memberikan kemudahan kepada pedagang
Cina.
- Dalam bidang Iptek dan Budaya
Revolusi
Industri lahir dengan latar belakang ilmu pengetahuan yang pekat.
Ketika Indonesia dijajah oleh Inggris, maka hal itu pun sangat
berpengaruh. Raffless yang dalam kesempatan tersebut menjadi gubernur
jendral yang sangat perhatian terhadap ilmu pengetahuan dan alam, maka
salah satu bunga bangkai yang ditemukan di Bengkulu dinamai dengan bunga
Raflesia Arnoldi. Bahkan, Kebun Raya Bogor juga merupakan itikad dari
istri Raffles. Dalam hal ilmu perbintangan, di Bandung didirikan pula
tempat obsevasi yang didirikan Van den Bosch. Seiring dengan munculnya
hubungan Hindia Belanda dengan Inggris, maka sedikit demi sedikit
masyarakat Indonesia dikenalkan juga dengan kemajuan teknologi tersebut.
Penjajahan Indonesia yang sempat kembali ke tangan Belanda menghentikan
kemajuan tersebut, namun dalam perkembangan kontemporer, pengaruh
Revolusi Industri sangat terlihat dan terasa.
- Dalam Bidang Sosial
Industrialisasi
sejak semula sangat berkaitan dengan masalahmasalah
sosial-kemasyarakatan. Adanya perbedaan pendapatan ekonomi cenderung
membuat manusia mengukur segala sesuatu dengan mahal-murahnya harga
sesuatu. Dengan perbedaan tersebut, muncullah diskriminasi sosial yang
tidak manusiawi. Selain itu, ada pula dampak positif dari Revolusi
Industri ini, yaitu dibukanya jalur transportasi darat yang baru rel
kereta api guna mempercepat proses mobilisasi dan penyampaian
informasikomunikasi.
a. Diskriminasi Sosial
Dalam
bidang sosial terjadi perbedaan yang mencolok antara golongan Barat
atau Belanda dengan golongan pribumi. Dalam bidang pemerintahan juga
terjadi diskriminasi, pembagian kerja dan pembagian kekuasaan didasarkan
pada warna kulit. Orang pribumi yang mendapatkan jabatan pastilah
jabatan rendah dan dibatasi kekuasaannya. Diskriminasi juga terjadi di
kalangan militer. Untuk pangkat yang sama, gaji orang Indonesia yang
berdinas dalam militer Belanda lebih rendah daripada gaji anggota
militer Belanda. Bahkan diadakan pula perbedaan gaji antara serdadu
Ambon dan serdadu Jawa. Diskriminasi berlaku juga di tempat hiburan. Ada
tempat-tempat yang tidak boleh dimasuki oleh orang Indonesia, seperti
tempat pemandian, restoran bahkan pada angkutan umum, seperti kereta api
lintas-kota atau trem (kereta api dalam kota). Rupanya para penggagas
Politik Etis hendak menciptakan hubungan yang harmonis antara Belanda
dan golongan pribumi, namun kesamaan pandangan yang diharapkan ternyata
tak berbuah seperti yang diharapkan. Orang-orang Indonesia yang telah
mendapatkan pendidikan dari Belanda, semakin menyadari tentang arti
penting kemerdekaan yang pada akhirnya mereka menjadi pemuda-pemuda
pergerakan kemerdekaan Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa diskriminasi
berdasarkan ras menjadi salah satu faktor lahirnya pergerakan
nasional.
b. Dibangunnya Jalur Transportasi Darat
Revolusi
Industri secara tidak langsung berdampak pula dalam hal transportasi di
Indonesia, terutama darat. Untuk mempermudah mobilitas penduduk dan
perdagangan, pemerintah Hindia Belanda membangun jalur kereta api di
Pulau Jawa. Hal ini dilakukan guna mempercepat hubungan komunikasi dan
dagang. Untuk daerah pegunungan yang banyak terdapat perkebunan
(misalnya di Jawa Barat), dibangun khusus jalur kereta api untuk
mengangkut hasil bumi ke kawasan pabrik guna diolah menjadi bahan
setengah jadi atau jadi. Sesungguhnya jalur darat telah dibuka sejak
masa Daendels memerintah Jawa, yaitu dengan dibukanya rute baru: Anyer-
Panarukan yang membelah Pulau Jawa pada awal abad ke-19. Dengan tujuan
semula untuk mempercepat proses informasikomunikasi antarkantor pos,
maka Jalan Raya Pos (The Grote Postweg) ini pada masa selanjutnya
berguna pula untuk jalur mobilitas penduduk yang ingin ke luar kota atau
pulau.
c. Mobilitas Penduduk dan Masalah Demografi
Industrialisasi
mengakibatkan perpindahan penduduk dari desa ke kota-kota besar.
Berdirinya pabrik-pabrik telah mendorong kehidupan baru dalam masyarakat
Indonesai yang sebelumnya masyarakat agraris dan maritim. Terbentuklah
komunitas pekerja kasar dan buruh yang bekerja di pabrik-pabrik
partikelir (swasta). Kota-kota besar, terutama Jakarta dan Surabaya,
merupakan tempat tujuan orang-orang untuk mengadu nasib. Untuk
mendapatkan pegawai-pegawai semacam juru ketik atau tulis yang murah
maka pemerintah kolonial membangun sekolah-sekolah kejuruan guna
menghasilkan tenaga-tenaga ahli dari pribumi yang tentunya jauh lebih
murah honornya bila dibandingkan tenaga ahli dari Eropa. Tenaga
tulis/ketik tersebut selain dipekerjakan di instansi pemerintahan, juga
dipekerjakan pegawai rendah di perkebunan pemerintah. Pada masa
pelaksanaan ekonomi liberal sekolah didirikan untuk tujuan yang sama.
Pada 1851, didirikan sekolah dokter pertama di Jawa yang sebenarnya
merupakan sekolah untuk mendidik mantri cacar atau kolera. Maklum kala
itu kedua penyakit tersebut sering menjadi wabah di beberapa daerah.
Sekolah “mantri” tersebut kemudian berkembang menjadi STOVIA (School Tot
Opleiding Voor Inlandse Artsen) atau sekolah dokter pribumi. Munculnya
sekolah-sekolah ala Eropa di Jawa, khususnya Batavia dan Bandung,
menggiring orang-orang dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan
tempat-tempat lainnya berdatangan ke Jawa. Orang-orang di Jawa pun,
terutama anakanak priyayi dan bangsawan atau pedagang kaya yang memiliki
biaya lebih, berbondong-bondong datang ke Jakarta dan Bandung yang saat
itu memiliki sekolah setingkat perguruan tinggi (THS dan STOVIA).
Perpindahan atau mobilitas kaum terpelajar tersebut tentunya sangat
memengaruhi populasi kota. Perubahan demografis cukup mecengangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar